Refleksi


Refleksi

Hasil gambar untuk menulisHasil produk yang telah saya buat, yaitu sebuah kereta maglev, cukup tidak sesuai dengan kriteria dan  harapan yang telah saya tetapkan. Jika dibandingkan dengan kriteria pada rubrik yang telah saya buat, ada hal yang tidak terlalu sesuai pada kereta saya dengan rubrik tersebut. Yaitu pada bagian tampilan dan cara kerja. Produk yang telah saya hasilkan terbuat dari bahan-bahan yang sederhana. Pada badan kereta terbuat dari dupleks dan relnya terbuat dari sterofoam. Sehingga terlihat bahwa kereta dan rel saya belum terlihat seperti kereta dan rel maglev pada aslinya. Untuk cara kerjanya, belum bisa terlalu nampak, karena magnet yang saya gunakan bukan magnet yang batangan (batangan=kutub terletak pada bagian sisi samping magnet, bukan pada ujung-ujungnya). Tetapi saya menggunakan magnet yang berbentuk lempengan, sehingga laju kereta terhambat karena adanya tarik menarik magnet yang dipengaruhi oleh bentuk magnet (kutubnya tidak teralu beraturan). Tidak sedikit juga masukan ataupun evaluasi dari teman-teman yang diberikan kepada saya mengenai produk saya ini. Banyak teman-teman yang menganjurkan saya untuk menggunakan tripleks sebagai bahan pembuatan rel. Ada juga yang mengatakan bahwa lebih baik bodi kereta menggunakan impra board. Namun pada saat itu saya tidak terlalu menghiraukan pendapat teman-teman saya. Sehingga saya sangat percaya diri bahwa kereta dan rel saya bisa terbuat dengan baik dengan bahan-bahan yang telah saya pilih.  

     Berkaitan dengan bahan pembuatan dari kereta saya, dapat dilihat bahwa bodi kereta sudah cukup kuat, karena saya membuatnya dari dupleks yang cukup keras dan kaku. Namun, untuk relnya, saya merasa bahwa rel yang saya buat tidak terlalu kokoh dan kuat, karena terbuat dari sterofoam yang rentan patah. Saya juga yakin bahwa rel kereta saya tidak akan bisa bertahan lama, karena untuk menyambungkan sterofoam tersebut untuk menjadi sebuah rel, saya hanya menggunakan duoble tape. Namun, pada magnetnya, sudah ada gaya tolak-menolak yang cukup kuat antara kereta dengan rel. Sehingga kereta mampu melayang, walaupun tidak bisa bergerak dengan lancar di atas rel yang dikarenakan oleh bentuk magnet yang seperti lempengan. Untuk itu, sebenarnya saya mengganti bahan-bahan yang belum terlalu kuat dengan bahan-bahan yang lebih kuat untuk membuat bodi kereta serta relnya. Contohnya, saya bisa menggunakan kardus tebal (seperti kardus rokok) untuk bodi kereta supaya bisa lebih kuat dan tidak mudah penyok. Lalu untuk rel saya bisa menggunakan tripleks agar rel bisa lebih kuat dan kokoh. Setelah itu rel dapat di lem dengan lem kayu. 

     Dalam proses pembuatan produk saya ini, tidak sedikit tantangan dan kegagalan yang saya hadapi. Ada dua tantangan yang sangat membuat saya cukup kebingungan untuk mengatasinya. Yang pertama yaitu dalam proses pembuatan rel. Karena rel saya terbuat dari sterofoam, saya sempat kebingungan bagaimana cara menempelkan satu sterofoam dengan sterofoam lainnya. Saya sempat menggunakan lem tembak. Tetapi ternyata setelah diberi lem tembak, sterofoam malah meleleh dan gagal untuk di tempel. Lalu saya berpikir bagaimana cara menempelkannya. Salah satu dari teman saya memberikan usul untuk menggunakan lem khusus sterofoam. Namun berhubung harga lem tersebut mahal, akhirnya saya menggunakan double tape untuk menempelkannya, walaupun sterofoam tidak terlalu kuat dan erat. Yang kedua yaitu pada proses menciptakan gaya tolak-menolak pada magnet. Pada awalnya saya sempat menggunakan magnet berbentuk silinder. Namun karena bentuknya demikian, kereta dan rel seringkali saling menempel. Lalu saya bingung dan sempat putus asa. Namun saya mendapat ide untuk mencoba menggunakan magnet lempeng. Hasilnya kereta mampu melayang di atas rel, walaupun tidak dapat bergerak dengan lancar dikarenakan bentuk magnetnya. Sehingga seringkali kereta menempel dengan rel. 

     Melalui produk saya ini, tentu saja saya mendapatkan pemahaman dan pengertian baru yang belum pernah saya pahami dan ketahui sebelumnnya. Pemahaman yang saya dapatkan yaitu secara materi tentang kereta saya maupun tentang TKWKA yang telah saya pilih. Mengenai kereta saya, saya mendapatkan pemahaman baru pada cara kerja dari kereta saya ini. Pada awalnya, saya mengira kereta yang saya buat ini dapat berjalan dengan baik dengan adanya gaya tolak menolak magnet tanpa adanya superkonduktor. Saya mengira bahwa ketika kereta dapat melayang di atas rel, maka kereta dapat bergerak dengan bebas sendirinya. Tetapi ternyata saya salah. Ternyata sebuah kereta maglev tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa ada superkonduktor. Superkonduktor pada kereta maglev berfungsi sebagai alat gerak yang dapat menyebabkan kereta berjalan di atas rel dengan baik. Pemahaman dari segi TKWKA yang telah saya pilih (Our Universe Belongs to God), yaitu saya semakin mengerti bahwa Tuhan sudah menciptakan bumi serta segala isinya dengan baik dan sempurna. Kita sebagai manusia diberi mandat untuk mengelola, merawat, dan mengusahakan bumi ciptaan Tuhan. Dalam hal mengembangkan, kita bisa menciptakan atau berkreasi untuk mengembangkan sebuah penemuan baru yang dibahan dasari dari bahan-bahan yang telah Allah ciptakan di bumi ini. Namun, ketika kita telah berhasil mengembangkan sebuah penemuan baru, kita harus menyadari bahwa semuanya itu untuk Tuhan. Karena seperti di dalam Kolose 1:16, Tuhan menyatakan bahwa hanya di dalam Dialah segala sesuatu dijadikan dan segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Jadi, segala sesuatu yang ada di bumi ini termasuk penemuan-penemuan kita, adalah untuk kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk kesombongan bagi diri sendiri. 

     Melalui produk saya ini, saya semakin mengetahui bagaimana kepribadian saya dalam mengerjakan sesuatu dan dalam mengatasi suatu masalah. Baik apa yang menjadi kelemahan saya maupun kekuatan saya dalam mengerjakan dan mengatasi setiap masalah. Ketika saya mengerjakan produk ini, pada awalnya saya menggebu-gebu sekali untuk membuatnya. Saya sangan yakin bahwa produk saya akan berhasil dan cepat selesai. Namun ketika di pertengahan jalan, saya merasa kalau ternyata cukup sulit untuk mengerjakan produk ini. Mulai dari bentuk kereta, rel, hingga membuat gaya tolak menolak magnet. Terlebih pada saat saya frustasi untuk membuat gaya tolak menolak magnet, karena magnet yang saya gunakan, bentuknya tidak mendukung, sehingga gaya tolak-menolak terganggu. Pada saat itu saya mulai down dan hampir putus asa untuk melanjutkannya. Saya tidak konsisten dengan semangat awal saya yang begitu berapi-api, namun padam di tengah perjalanan. Namun hanya Tuhanlah yang membuat saya kembali bangkit. Saya menyerahkan setiap prosesnya ke dalam tangan-Nya dan apa pun yang akan saya hasilkan adalah hasil kerja keras saya. Dari titik itulah saya kembali untuk melanjutkan pekerjaan saya sampai semaksimal yang saya bisa. 


Hasil gambar untuk pantang menyerah

     Proses pengerjaan produk yang telah saya buat, tidaklah percuma begitu saja. Banyak bekal yang dapat saya ambil baik secara materi maupun moral. Secara materi, saya mulai paham bagaimana cara kerja kereta maglev yang sesungguhnya, yang juga dibarengi oleh materi pembelajaran fisika di semester 2 ini. Tidak hanya itu, saya juga semakin tertarik dengan dunia penemuan karena rasa ingin tahu yang besar yang saya miliki. Pada pengerjaan produk ini juga membutuhkan informasi yang akurat dari berbagai sumber. Untuk itu, saya belajar bagaimana cara mencari informasi serta menyeleksi mana informasi yang baik dan benar sesuai faktanya. Caranya yaitu, mencari informasi dari web yang terpercaya dan penjelasannya dapat dipertanggung jawabkan. Secara moral, saya mendapatkan pembelajaran dari sikap saya. Saya semakin bisa memahami kepribadian saya. Saya bisa belajar mengendalikan diri saya pada saat frustasi dalam mengerjakan tugas. Saya tidak lagi mentok atau menyerah pada titik tergagal saya. Tetapi saya bisa bangkit dan kembali melanjutkannya.  

     

No comments:

Post a Comment

DESAIN KERETA MAGLEV

Investigasi

DESAIN KERETA MAGLEV A. Tujuan                 P ada personal project kali ini, saya akan membuat sebuah d...